A.
TOPIK
PEMERIKSAAN
DAN PEMAHAMAN SISTEM PELUMASAN
B.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. siswa dapat
mengetahui nama – nama komponen dari sistem pelumasan.
2. siswa
dapat memeriksa tinggi oli dan saringan oli.
3. siswa
dapat membongkar, memeriksa, mengganti dan merakit kembali pompa oli.
4. siswa
dapat mengganti oli dan saringan oli.
C.
ALAT DAN
BAHAN
1.
ALAT:
a)
Satu unit kunci yang sudah disediakan
untuk praktek.
b)
Kompresor.
c)
Fueler gauge.
d)
Kunci pas dan ring.
2.
BAHAN:
a)
Satu unit mesin hidup.
b)
Bak oli.
c)
Saringan oli.
d)
Majun.
D.
KESELAMATAN
KERJA
1.
Memakai baju praktek (katelpak).
- Jangan
mencampur oli bekas dengan oli baru untuk saringan oli pengganti, sebab
akan merusak mesin.
E.
DASAR
TEORI
M
|
esin
terdiri dari bagian-bagian logam (metal parts) yang bergerak, beberapa
diantaranya ada yang berhubungan langsung secara tetap satu dengan lainnya.
Termasuk poros engkol, batang torak dan bagian mekanisme katup. Saat mesin
mulai berputar, gesekan yang terjadi antara bagian-bagian menyebabkan hilangnya
tenaga, dan bagian-bagian tersebut menjadi aus. Oli pelumas melumasi secara kontinyu ke bagian-bagian
mesin untuk mencegah keausan. Oli pelumas ini diatur oleh sistem pelumasan pada
mesin.
Gambar
di bawah ini menunjukkan pelumasan mekanisme sebuah poros yang berputar.
Lapisan oli (oil film) terbentuk diantara poros dan bantalan yang berfungsi
mencegah kontak langsung. Saat poros bergerak lambat pada lapisan oli, dan
tidak bersinggungan langsung dengan bantalan. Gesekan antara dua bagian yang bergerak
tetap ada, tetapi hanya kecil sekali.
Gambar 2.1 Konstruksi sistem pelumasan
1.
Fungsi Pelumasan Yaitu:
a)
Sebagai pelumas yaitu untuk mengurangi keausan dan gesekan bagian – bagian yang bergerak.
Gambar 2.2 Pelumas
b)
Sebagai pendingin yaitu untuk mendinginkan dengan menghanyutkan panas.
Gambar 2.3 Pendingin
c)
Sebagai perapat yaitu untuk menyumbat dengan baik rongga – rongga yang terdapat pada
cincin – cincin torak dengan dinding silinder.
Gambar 2.4 Perapat
d)
Sebagai pembersih untuk membantu membersihakan bidang – bidang lumas.
Gambar
2.5 Pembersih
2.
Jenis – Jenis Sistem Pelumasan Yaitu:
a)
Sistem pelumasan percik
Pada
sistem ini, oli yang ada didalam panci dijilat oleh
sendok pada pangkal batang torak untuk melumasi bagian-bagian motor.
Gambar
2.6 Pelumasan percik
Ø Sifat – sifatnya yaitu sebagai berikut:
a)
Sistem
pelumasan jenis panci yang paling sederhana,
b)
Pelumasan
bantalan luncur kurang sempurna,
c)
Hanya
dapat dipergunakan pada motor jenis pengggerak katup samping (SV – Side Valve).
d)
Pada saat ini hanya dipergunakan pada motor penggerak
kecil.
b)
Sistem Pelumasan
Tekanan
Pada sistem ini, oli yang dari
karter dipompakan ke saluran bagian motor yang memerlukan pelumasan
dan turun dengan sendirinya kembali ke karter.
Gambar
2.7 Pelumasan tekanan
Ø
Sifat – sifatnya yaitu sebagai berikut:
a)
Pelumasan
teratur dan merata.
b)
Memberi
pendinginan dan pembersihan pada tiap-tiap bagian yang diakhiri.
c)
Karena pompa digerakkan oleh motor, hasil pemompaaannya
tergantung pada putaran motor.
d)
Digunakan
pada kebanyakan motor 4 Tak dan motor Diesel 2 Tak.
e)
Oli perlu diganti Setiap » 5.000 km pada motor bensin
(Oli Pertamina).
Setiap » 3000 km pada motor Diesel (Oli
Pertamina).
(1)
Skema
Sistem Pelumasan Tekan
Gambar
2.8 Skema pelumasan tekan
Ø Fungsi –
fungsi dari bagian skema sistem pelumasan tekan yaitu:
(a)
Karter - sebagai tempat
persediaan minyak pelumas.
(b)
Saringan kasar - mencegah pompa
dari kotoran kasar.
(c)
Pompa oli - menghisap dan
menekan oli ke pemakai.
(d)
Katup pelepas - mencegah
kelebihan tekanan oli.
(e)
Saringan - untuk menyaring oli sebelum pemakai.
(f)
Katup by pass - untuk menjamin
pelumasan sewaktu saringan halus tersumbat.
(g)
Sakelar tekanan - untuk
mengaktifkan lampu kontrol, jika tekanan oli kurang.
(2)
Pembagian Oli Ke Masing - Masing Pemakai
Setelah
saringan halus, maka oli masuk ke saluran utama, yang membagikan oli ke:
(a)
Masing-masing
bantalan poros engkol.
(b)
Mekanisme
katup.
(c)
Tempat
lain memerlukan pelumasan (misal : pompa injeksi motor Diesel), atau
pendinginan misal : bagian bawah torak atau tekanan, misal : tensioner rantai,
pengatur celah katup Automatis.
(3) Pelumasan
Bantalan – Bantalan Poros Engkol
Gambar
2.9 Pelumasan bantalan poros engkol
Oli ditekan melalui lubang-lubang poros engkol untuk melumasi bantalan
batang torak kemudian untuk memperoleh aliran oli, bantalan luncur poros engkol
dilengkapi oleh alur.
(4) Pelumasan Torak Dan Dinding Silinder
Ø Cipratan oli pada bantalan pangkal batang torak.
Oli ditekan melalui lubang-lubang poros engkol,
melumasi bantalan batang torak,sebagian keluar dicipratkan kedinding
silinder.
|
Gambar 2.10 Cipratan oli
Ø
Lubang penyemprot pada pangkal batang torak.
Untuk memperbaiki pelumasan
pada dinding silinder, pangkal batang torak diberi lubang oli yang mengarah
pada dinding silinder yang mengarah pada daerah sisa kerja.
Untuk memperbaiki pelumasan pada
dinding silinder, pangkal batang torak diberi lubang oli yang mengarah pada
dinding silinder yang mengarah pada daerah sisa kerja.
|
Gambar 2.11 Lubang penyemprot
(5) Pelumasan Mekanisme Katup
Oli di salurkan ke poros tuas katup, kemudian
dibagikan ketempat – tempat yang harus dilumasi.
|
Gambar 2.12 Tuas katup
Bantalan poros
kam menerima pelumasan tekan, kadang-kadang dilumasi dengan semprotan oli.
|
Gambar 2.13 Bantalan poros kam
Pada penggerak
poros kam yang menggunakan rantai tensioner, biasanya bekerja dengan
tekanan oli roda gigi dilumasi dengan semprotan.
|
Gambar 2.14 Rantai tensioner
c)
Sistem Pelumasan Kombinasi (Percik dan
Tekanan).
Pada sistem ini dipergunakan kedua sistem yaitu
sistem percik dan tekanan.
3.
Komponen – Komponen Sistem Pelumasan
a) Pompa
Oli
Pompa oli berfungsi untuk
menghisap oli dari oil pan dan memompakan ke bagian – bagian mesin yang harus
dilumasi. Bagian – bagian pompa oli yaitu:
Gambar 2.15 Bagian – bagian pompa oli
Ø Bagian –
bagian pompa oli:
1.
Saringan
oli kasar. 5. Pen pengunci.
2.
Tutup pompa oli. 6. Penahan katup pelepas oli.
3.
Rotor yang digerakkan.
7. Pegas katup pelepas.
4.
Rotor
penggerak. 8. Katup pelepas.
(1) Jenis – Jenis
Pompa Oli Yaitu:
(a) Pompa
Model Roda Gigi
Pada pompa model roda gigi
terdiri dari gigi penggerak (drive gear) dan gigi yang digerakkan (driven gear)
berputar secara bersamaan untuk menghisap dan memompakan oli keluar. Roda gigi
ini terdapat di dalam pompa oli. Pompa model roda gigi terdapat 2 jenis yaitu:
v Pompa Oli Tipe Internal Gear
Roda gigi yang digerakkan
(driven gear) pada pompa oli digerakkan oleh gigi penggerak (drive gear) yang
dihubungkan langsung denga camshaft. Ruang volume dibentuk oleh dua gigi yang
berubah-ubah pada saat berputar. Oli dihisap ke dalam pompa oli bila volume
bertambah, dan oli akan keluar bila volume berkurang. Pompa oli tipe internal
konstruksinya sederhana dan kemampuannya dapat diandalkan.
Gambar
2.16 Type internal gear
v Pompa Oli Tipe External Gear
Pada pompa tipe ini memiliki dua roda gigi, seperti
yang terlihat gambar dibawah ini. Roda gigi penggerak (drive gear) digerakkan
oleh camshaft. Karena tidak adanya ruang di dalam housing seperti halnya dengan
inlet dan saluran keluar (discharge opening) serta kecilnya ruangan antara gigi
dengan housing, saat gigi berputar oli akan tertekan keluar dari housing ke
saluran keluar. Konstruksi semacam ini memiliki keunggulan bentuk yang lebih
sederhana dan lebih akurat.
Gambar
2.17 Type external gear
(b)
Pompa Model Trochoid
Pompa oli model trochoid (trochoid pump) dilengkapi
dua rotor (rotor penggerak dan rotor yang digerakkan) di dalam rumah pompa
(pump body). Bila rotor penggerak berputar seperti pada gambar, rotor yang
digerakkan langsung ikut sama-sama berputar. Poros rotor penggerak tidak satu
titik pusat (offset) dengan rotor yang digerakkan. Oleh karena itu besarnya
ruangan dibentuk oleh dua rotor yang berputar. Oli terhisap ke pompa oli saat
ruangan membesar dan oli ditekan ketika ruangannya mengecil. Pompa tipe ini
memiliki volume keluaran yang lebih besar untuk setiap kali putar.
b)
Saringan
Oli
Oli mesin lama-kelamaan akan menjadi
kotor yang disebabkan oleh logam-logam, carbon, dan endapan lumpur. Bila
bagian-bagian yang bergerak dilumasi oleh oli yang kotor akibatnya bagian
tersebut akan cepat aus. Untuk mencegah hal ini, maka dipasangkan saringan oli
(oil filter) pada sistem pelumasan untuk memisahkan kotoran tersebut dari oli.
Pada saringan oli juga dipasangkan
relief valve. Bila elemen saringan tersumbat oleh kotoran, maka akan terjadi
perbedaan tekanan antara saluran masuk dan saluran keluar. Bila tekanan
tersebut melebihi batas yang ditetapkan (kira-kira 1 kg/cm2, 14 psi atau 98
Kpa) maka katup bypass akan membuka dan menyalurkan oli ke bypass element
saringan dan oli disalurkan langsung ke bagian mesin yang bergerak untuk menghindari
kerusakan dan keausan yang lebih fatal.
|
Gambar 2.18 Saringan
oli jenis cartridge
c)
Pengatur Tekanan Oli
Ketika pompa oli digerakkan oleh mesin,
maka tekanan oli akan naik dan pompa akan menghasilkan oli yang berlebihan saat
kecepatan mesin bertambah. Hal ini akan menimbulkan oli bocor dan hilangnya
tenaga. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan semacan pengatur tekanan oli di
dalam rumah pompa untuk menjaga tekanan oli agar tetap konstan tanpa
terpengaruh dengan kecepatan mesin.
Gambar 2.19 Aliran pada pengatur
tekanan oli
Ketika
tekanan oli melebihi dari batas yang ditetapkan, oli akan mendorong pegas yang
terdapat pada relief valve dan membuka relief valve tersebut. Selanjutnya oli
kembali melalui relief valve ke bak oli (oil pan).
4. Oli Motor
a)
Susunan
Oli Motor
Ø Oli motor
terdiri dari :
(1) Oli pelumas yang diproses dari
minyak mentah (Base oil).
(2) Bahan tambahan
yang meningkatkan kemampuan minyak pelumas (Additive).
b) Bahan – Bahan Tambahan
Gambar 2.20 Bahan – bahan tambahan
Oli pelumas murni tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan motor. Oleh karena itu ditambah zat-zat yang memperbaiki
prestasinya antara lain:
(1)
Anti karat berfungsi untuk
melindungi motor dari karatan.
(2)
Detergen berfungsi untuk
melepas kerak-kerak sisa pembakaran.
(3)
Anti oksidasi (pelindung hangus) berfungsi untuk
memperpanjang umur oli.
(4)
Penahan tekanan tinggi berfungsi untuk
mencegah lapisan oli menjadi pecah akibat tekanan tinggi.
(5)
Pengental berfungsi untuk
menahan oli menjadi encer akibat suhu yang tinggi.
c) Klasifikasi Oli
Gambar 2.21
Klasifikasi oli
Ø Pada
oli motor tercantum dua klaksifikasi yang diukur menurut standar tertentu,
yaitu :
(1)
Klaksifikasi
SAE :
Viskositas (kekentalan).
Contoh:
SAE 20, SAE 30, SAE 40, SAE 20W/50.
Semakin
tinggi SAE, semakin kental oli tersebut. Oli dengan dua batas indeks disebut “ Oli Multigrade “.
(2)
Klaksifikasi API : Mutu
(petunjuk penggunaan).
Contoh:
SA, SB, .............SJ, .........CA,CB, .............CF.
Ø Klaksifikasi
Viskositas SAE (Society of Automotive Engineers).
(1)
SAE
10 dan SAE 20 keterangannya encer
sekali, digunakan untuk sistem hidrolis.
(2)
SAE
30 dan SAE 40 keterangannya sering digunakan untuk kendaraannya.
(3)
SAE
50 keterangannya untuk motor yang bekerja pada temperatur tinggi.
Ø Oli Multigrade
Viskositas oli
bukan tetap, semakin tinggi temperatur semakin encer oli motor.
Pada oli multigrade
diberi zat tambahan yang mengatasi efek ini.
Grafik
2.1 Viskositas oli
Ø
Klaksifikasi Mutu API (American Proteleum
Institute).
Indeks mutu API
merupakan petunjuk penggunaan oli motor.
(1)
Motor Bensin
(a)
SA........SD yaitu tugas ringan, untuk motor daya rendah.
(b)
SE.......
SF yaitu tugas biasa, untuk kebanyakan
kendaraan
(c) SG........SJ yaitu tugas berat, untuk motor daya tinggi.
(c) SG........SJ yaitu tugas berat, untuk motor daya tinggi.
(2)
Motor Diesel
(a) CA........CB yaitu tugas ringan, untuk motor daya rendah.
(b) CC.......CD
yaitu tugas biasa, untuk kebanyakan kendaraan.
(c) CE.......CF yaitu tugas berat, untuk motor “ Turbo “.
d) Penggantian Oli
Alasan oli dilakukan penggantian yaitu karena dalam waktu pemakaian yang
sedikit lama, sehingga mutu oli akan berkurang, hal tersebut disebabkan:
(1) Oksidasi ditimbulkan karena reaksi oksigen dengan hidrogen yang tergantung
dalam minyak pelumas timbul lumpur / endapan.
(2) Kelemahan bahan tambahan bahan tambahan tidak menambah daya pelumasan secara permanen, tapi
hanya memberi bahan tambahan dalam kurun waktu pemakaian tertentu.
(3) Kotoran kotoran - kotoran berupa abu
karbon, bercampur dengan minyak pelumas dan timbul gumpalan karbon.
F.
LANGKAH KERJA
1.
Pemeriksaan
Tinggi Oli
Periksa tinggi
oli, tinggi oli harus berada diantara tanda L dan F. jika lebih rendah periksa mungkin
terjadi kebocoran, kemudian tambah hingga batas tanda F.
Gambar 2.21 Batang pengecek tinggi oli
2.
Mengganti
Oli dan Saringan Oli
Gambar
2.22 Membuka saringan oli
a) Letakkan
bak penampung dibawah mesin, kemudian lepas baut pembuangan oli.
b) Lepas
saringan oli, apakah paking karetnya tidak tertinggal pada mesin.
c) Pilih
saringan oli dengan mencocokkan ulir saringan dan diameter paking dahulu / lama.
d) Pasang
baut pembuang oli kembali, gunakan paking baru beri oli atau vet pada paking
saringan oli baru.
Gambar 2.23
Memberi vet pada saringan oli
e) Periksa
dan bersihkan tempat dudukan saringan oli.
f) Pasang
saringan oli baru dan keraskan sedikit dengan tangan.
g) Isi
oli motor, perhatikan jumlah oli yang sesuai dengan spesifikasi. Jika tanpa
mengganti saringan oli jumlah oli 3 liter, jika dengan mengganti saringan oli
3,5 liter.
h) Hidupkan
mesin, kemudian periksa kembali pada bagian-bagian paking apakah terdapat
kebocoran.
3.
Membongkar,
Memeriksa, dan Merakit Pompa Oli
a)
Membongkar
Pompa Oli
(1)
Bongkar semua
komponen-komponen pompa oli menurut urutan, kemudian bersihkan semua komponen
tersebut.
(1) Melepas saringan
dan tutup pompa oli (1 dan 2).
(2)
Melepas
rotor penggerak pompa oli dan rotor yang digerakkan (4 dan 3).
(3) Melepas
komponen katup pelepasan, meliputi:
5 – pen penahan,
6 – penahan katup pelepas, 7 – pegas katup pelepas, 8 – katup pelepas.
|
Gambar 2.24 Pompa oli
b)
Memeriksa
Pompa Oli
(1)
Periksa katup pelepas dari goresan dan keausan. Masukkan katup pelepas
ke dalam lubangnya, katup pelepas harus meluncur dengan lembut.
|
Gambar 2.25 Memeriksa pompa oli
c)
Ukurlah Celah - Celah Seperti Berikut:
(1)
Ukur
celah ujung, jika melebihi limit, ganti rotor oil. Celah ujung STD = 0,04 –
0,16 mm dan limit 0,2 mm.
Gambar
2.26 Pengukuran celah ujung
(2)
Ukur
celah samping, jika melebihi limit, ganti rotor oil atau body pompa. Celah body
STD = 0,03 – 0,09 mm dan limit 0,15 mm.
Gambar
2.27 Pengukuran celah samping
(3)
Ukur
celah body, jika melebihi limit, ganti rotor pompa oli atau body pompa. Celah
body STD = 0,10 – 0,16 mm dan limit 0,2 mm.
Gambar
2.28 Pegukuran celah body
d)
Merakit
Pompa Oli
(1) Merakit pompa
oli kebalikan dari langkah pembongkaran.
Ø Perakitan :
Dalam pemasangan rotor ke bodi pompa tanda titik pada
kedua rotor harus menghadap ke bodi pompa (menghadap ke atas).
|
Gambar 2.29
Merakit pompa oli
e) Pengetesan Kerja Pompa Oli
(1) Masukkan ujung
bagian hisap (saringan) pompa oli ke dalam oli mesin, putar poros pompa oli
searah putaran jarum jam, sampai oli keluar dari lubang pengeluaran oli.
(2) Kemudian tutup
lubang keluar oli dengan ibu jari, periksa apakah ada tahanan / tekanan
pompa oli.
perbaiki
|
Gambar 2.30 Pengetesan kerja pompa oli
G. HASIL PEMERIKSAAN
1. Hasil
Pemeriksaan Oli Sebagai Berikut:
a) Oli
pada kondisi yang masih baik.
b) Volume
oli dalam mesin masih di F.
2. Hasil
Pemeriksaan Saringan Sebagai Berikut:
a) Saringan
oli kotor dan harus dibersihkan dengan kompresor.
3. Hasil
Pemeriksaan Pompa Oli Sebagai Berikut:
a) Celah
ujung = 0,15 mm.
b) Celah
samping = 0,10 mm.
c) Celah
body = 0,17 mm.
H. KESIMPULAN
Bahwa di dalam sistem pelumasan,
secara keseluruhan masih dalam kondisi yang baik namun diperlukan pembersihan
secara berlanjut. Dan tujuan dari sistem pelumasan ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengurangi
gesekan, gesekan langsung antara dua permukaan bagian – bagian mesin yang
bergerak. Dengan adanya lapisan pelumas diantara dua permukaan benda tadi, maka
gesekan tidak menjadi langsung, tetapi didasari oleh lapisan minyak pelumas
sehingga dapat mengurangi tahanan gesek atau perlawanan gerak.
2. Mengurangi
keausan, berkurangnya keausan akan memperoleh keuntungan ganda antara lain,
mencegah biaya yang tinggi dari penggantian suku cadang (spare part) yang aus.
3. Mengurangi
panas, panas merupakan hasil kerja dari gesekan ataupun adanya system kerja
pada suhu tinggi seperti kerja motor bakar dan lain sebagainya.
4. Mencegah
karat, pada bebarapa kondisi dalam sistem pelumasan seperti adanya yang
mengandung uap air, adanya debu dan kotoran yang melekat, sehingga akan terjadi
oksidasi disekitar bagian – bagian mesin dan akibat dari semua itu akan
menimbulkan proses pengkaratan dari peralatan terutama pada bagian – bagian
yang langsung berhubungan denagn udara luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar